Matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematik harus
bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan
pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun
demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap-tahap permulaan seringkali kita
memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometri.
Perlu pula
diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam apalagi dengan ilmu pengetahuan umumnya.
Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif,
sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen.
Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif,
tetapi selanjutnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa
dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori
atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan
secara deduktif.
Sebagai
contoh dalam ilmu fisika, bila dengan percobaannya seseorang telah berhasil
menunjukkan kepada kita bahwa ketika ia mengambil sebatang logam kemudian
dipanaskan dan memuai, kemudian sebatang logam lainnya dipanaskan ternyata
memuai lagi, dan seterusnya mengambil beberapa contoh jenis-jenis logam lainnya
dan ternyata selalu memuai jika dipanaskan, maka ia dapat membuat kesimpulan
atau generalisasi bahwa setiap logam yang dipanaskan itu memuai. Generalisasi
yang dibuat secara induktif itu, dalam ilmu fisiska dibenarkan.
Contoh
lainnya misalnya dalam ilmu biologi yang berdasarkan pada pengamatan dari
beberapa bintang menyusui ternyata selalu melahirkan, sehingga kita bisa
membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah
melahirkan.
Kedua
contoh dalam ilmu fisiska dan ilmu biologi seperti tersebut di atas, secara
matematika belum dapat dianggap sebagai generalisasi. Dalam matematika,
contoh-contoh seperti itu baru dapat dianggap sebagai generalisasi bila
kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif.
Sekarang
kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang dibenarkan dan yang tidak
dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika
adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif.
Contoh 1
Jumlah dua buah bilangan
ganjil adalah bilangan genap
+
|
1
|
-3
|
5
|
7
|
1
|
2
|
-2
|
6
|
8
|
-3
|
-2
|
-6
|
2
|
4
|
5
|
6
|
2
|
10
|
12
|
7
|
8
|
4
|
12
|
14
|
Dari table penjumlahan ini, jelas
bahwa setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan membuat
generalisasi atau membuktikan dengan cara demikian. Walaupun Anda menunjukkan
sifat itu dengan mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetapi kita
tidak dibenarkan membuat generalisasi yang mengatakan bahwa jumlah dua bilangan
ganjil adalah genap, sebelum kita membuktikannya secara deduktif.
Misalkan
pembuktian secara deduktif sebagai berikut : Andaikan m dan n sebarang dua
bilangan bulat, maka 2m + 1 dan 2n + 1 tentunya masing-masing merupakan
bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan :
(2m + 1) + (2n + 1) = 2 (m + n
+ 1)
Karena m dan n bilangan bulat,
maka (m + n + 1) bilangan bulat, sehingga 2 (m + n + 1) adalah bilangan genap.
Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap.
Contoh 2
Perhatikan table ketidaksamaan 2n
< 2n + 2 untuk n anggota bilangan cacah.
N
|
2n <
2n + 2
|
Nilai Pernyataan
|
0
|
1 < 2
|
Benar
|
1
|
2 < 4
|
Benar
|
2
|
4 < 6
|
Benar
|
Jika kita membuktikan kebenaran
ketidaksamaan itu secara induktif untuk n = 0, n = 1, dan n = 2 kita akan
sampai pada generalisasi yang keliru yang mengatakan ketidaksamaan itu benar
untuk n bilangan cacah. Dapat
Anda periksa untuk n = 3, n = 4, n = 5, … , ternyata ketidaksamaan itu salah.
Dari
uraian-uraian di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa matematika itu merupakan
ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi
(induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif.
Mungkin
Anda bertanya, bukanlah dalil-dalil/sifat-sifat/rumus-rumus dalam matematika
itu ditemukan secara induktif (coba-coba, eksperimen, penelitian dan
lain-lain). Memang betul, para matematisi itu menemukan (menyusun) matematika
atau bagiannya itu secara induktif, tetapi begitu suatu pola, aturan, dalil,
rumus yang merupakan generalisasi itu ditemukan, maka generalisasi itu harus
dapat dibuktikan kebenarannya secara umum (deduktif).
bagus, tambah ilmu, thank's
BalasHapusditunggu kunjungan bailknya : http://gemarmatematika21.blogspot.com/